26/01/14
Bahasa tulis merupakan salah satu indikator yang membedakan antara masa
awal sejarah dan prasejarah. Perkembangan bahasa tulis bermula sejak
sebelum Masehi, di mana awalnya manusia menggunakan bahasa gambar untuk
berkomunikasi. Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada tahun 3500-4000
sebelum Masehi dengan membuat lukisan di dinding gua.
Perkembangan cara berkomunikasi melalui tanda dan gambar berkembang
terus. Sekitar tahun 3100 SM, bangsa Mesir menggunakan pictograph
sebagai simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek. Komunikasi dengan
menggunakan gambar berkembang dari pictograph hingga ideograph, berupa
simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta
konsep abstrak yang lain.
Perpindahan yang mendasar dari bahasa gambar dan tanda yang dibunyikan
(pictograph, ideograph – menunjukan benda serta gagasan) hingga bahasa
tulisan yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (Phonograph – setiap
tanda atau huruf menandakan bunyi) dapat disaksikan pada sistem alfabet
Phoenician pertama yang diperkenalkan pada tahun 1300 sebelum Masehi.
Alfabet ini terdiri dari 23 simbol yang sangat sederhana dan terbatas
hanya sebagai perwakilan unsur bunyi. Sebagai contoh, huruf pertama dari
alfabet Phoenician berupa gambar sederhana dari kepala banteng, yang
dalam bahasa mereka disebut Aleph, dan kemudian kata ini mewakili bunyi
dari huruf ‘A’.
Bangsa Yunani kemudian mengadaptasi sistem alfabet ini ke dalam struktur
anatomi huruf yang lebih teratur dengan menerapkan bentuk-bentuk
geometris. Perkembangan yang terpenting dari sistem alfabet ini adalah
penerapan pola membaca dari arah kiri ke kanan (Alfabet Phoenician dari
kanan ke kiri). Istilah Alfabet (Alphabet) berasal dari singkatan 2
huruf pertama dalam sistem alfabet Yunani, yaitu Alpha dan Beta. Sistem
alfabet kemudian terus berkembang hingga akhirnya bangsa Romawi
menyempurnakan ke dalam bentuk huruf yang sebagaimana kita kenal dan
gunakan sekarang.
Huruf Roman atau yang sering kita sebut sebagai huruf latin memiliki
jumlah 26 huruf yang diterapkan sejak abad pertengahan dan digunakan
sebagai alfabet dalam bahasa Inggris kontemporer.
Manusia telah mengupayakan berbagai cara terbaik untuk dapat
berkomunikasi lewat tulisan, melalui penggunaan berbagai perangkat dan
media. Sejak masa prasejarah, lukisan dinding di gua ditorehkan dengan
arang dan pictograph dibuat di atas kepingan tanah liat, hingga bangsa
Mesir akhirnya menemukan kertas yang terbuat dari tanaman papyrus.
Bangsa Cina memberi kontribusi yang penting dicatat yaitu pada tahun
105, dengan hadirnya Ts’ai Lun seorang ahli pembuat kertas. Sebelumnya
mereka menulis di atas selembar katu dengan menggunakan pena bambu, baru
pada abad ke 7 bangsa Cina menemukan teknik cetak timbul dengan
menggunakan tinta.
Penemuan mesin cetak dengan sistem movable type pada tahun 1450 oleh
Johann Gensfleisch Gutenberg dari Jerman, telah membawa banyak perubahan
yang pesat dalam sejarah tipografi, terutama dalam teknik pencetakan,
pengukuran serta produksi.
Melalui sistem dan subsistem yang kompleks, Johann Gutenberg
mengembangkan teknik cetak yang dibuat di atas permukaan bahan metal
yang diukir (engraving). Setiap huruf, angka, tanda baca, serta ruang
vertikal dan horizontal yang terdapat diantara huruf-huruf dibentuk satu
per satu. Guna mencapai akurasi serta mempercepat proses kerja pada
saat pencetakan di atas kertas, Gutenberg memerlukan hampir 50.000 blok
metal yang terdiri dari berbagai macam jenis huruf (metal type).
Pencetakan dengan movable type digunakan hampir selama 400 tahun dengan
berbagai macam penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan oleh
Johann Gutenberg. Pada tahun 1886, Ottmarr Mergenthaler, dari Jerman
menemukan mesin typecasting yang cara kerjanya adalah dengan memasang
sejumlah huruf yang disusun per baris (linecasting). Mesin temuan
Mergenthaler ini disebut dengan Linotype, yang berasal dari kata “Line
of Type”. Mesin teknologi cetak tinggi ini masih digunakan sampai saat
ini.
Generasi selanjutnya dari teknologi typecasting adalah phototypesetting
yang menggunakan proses film sebelum naskah ditransfer ke lempeng
cetakan. Mesin phototypesetting yang menggunakan proses film sebelum
naskah di transfer ke lempeng cetakan. Mesin phototypesetting dari
Intertype Fotosetter yang dibuat oleh Herman Freud, dikeluarkan pada
tahun 1946 di Jerman. Teknologi yang dikenal dengan istilah cetak datar
atau offset ini jauh lebih murah dan efisien bila dibandingkan dengan
typecasting yang sebagian besar pekerjaan masih dilakukan dengan tangan.
Teknik pra-cetak analog yang menggunakan lempengan (plate) sedikit demi
sedikit mulai tergeser oleh teknik pra-cetak digital (digital
pre-press). Sedangkan perambahan teknologi digital dalam dunia tipografi
dimulai pada tahun 1973 oleh perusahaan URW dari Hamburg, Jerman,
dengan produknya yang bernama IKARUS. Teknologi ini berfungsi untuk
membuat huruf digital sehingga dapat digunakan dalam sistem komputer.
Kemajuan teknologi selanjutnya terjadi pada tahun 1984 ketika Adobe
System merilis PostScript Font dan di tahun 1991 Apple Computer dan
Microsoft Corporation mengeluarkan TrueType Font. PostScript Font dan
TrueType Font adalah huruf elektronik atau yang disebut font.
Hadirnya beragam jenis personal komputer dan perangkat lunak yang semakin canggih, serta ditambah dengan
meningkatnya apresiasi dari para perancang grafis dan masyarakat umum,
merupakan penyebab terjadinya lonjakan kebutuhan terhadap huruf digital.
Sejak akhir tahun delapan-puluhan, para perancang huruf (type designers)
di berbagai negara seperti di Amerika, Jerman, Rusia, Swiss, dan
Jepang, telah menggunakan teknologi komputer sebagai perangkat kerja
utama mereka. Kontribusi perancangan huruf digital bukan hanya berasal
dari perorangan saja, karena saat ini banyak sekali ditemukan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bisnis perancangan serta
produksi huruf digital (Type Foundry) seperti Emigre. Font Bureau, T-26
dan Agfa yang beroperasi di Amerika, serta Linotype-Hell AG, di Jerman.
0 komentar:
Posting Komentar