22/05/11
Saya akan memberitahukan tentang kisah Nabi Yusuf AS
Tulisan ini bersumber dari Surat Yusuf, surat 12 dalam Al Quran.
Ibrahim AS, adalah bapak para Nabi. Ibrahim berputra tiga orang, 2 diantaranya adalah nabi, yaitu nabi Ismail AS (Siti Hajar) dan nabi Ishaq AS (Siti Sarah). Nabi Ismail menurunkan Nabi Muhammad SAW beberapa generasi selanjutnya.
Nabi Ishaq mempunyai 2 orang anak, yaitu Isu dan Ya’qub AS.
Nabi Ya’qub (Israil) – keturunannya disebut Bani Israil. Punya 12 anak yang membentuk 12 suku Bani Israil. Salah seorang diantaranya adalah Nabi Yusuf AS.
Suku Bani Israil ini menurunkan banyak nabi: Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Yunus AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS.
Nabi Yusuf hidup kira-kira pada tahun 1700 S.M atau 3700 tahun yang lalu.
Surat ini dimulai dengan cerita mimpi Nabi Yusuf semasa dia kanak-kanak. Mimpi itu diceritakannya kepada ayahnya Yaakub, yang juga menjadi seorang Nabi.
“Ayah, saya melihat sebelas bintang, dan matahari, dan bulan; saya melihat mereka sujud kepada saya” (12:4).
Setelah mendengar cerita Yusuf, ayahnya melarang mimpi itu daripada diceritakan kepada saudara-saudaranya (12 bersaudara). Dia juga memberi tahu Yusuf bahawa Tuhan telah memilihnya dan mengajarnya interpretasi mimpi.
Abang-abangnya tidak suka padanya Karena mereka mengira Yusuf dan adiknya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah mereka daripada mereka. Lalu mereka bercadang untuk membunuh atau membuang Yusuf ke tempat lain, lalu mereka berjanji akan menjadi orang Shaleh (bertaubat). Akan tetapi,
“Seorang daripada mereka berkata, ‘Tidak, janganlah membunuh Yusuf, tetapi lemparlah dia ke dasar sumur, dan supaya dipungut oleh sebagian orang-orang yang lalu (pengembara), jika kamu mau melakukan’” (12:10).
Setelah menetapkan rencana itu mereka pergi kepada ayah mereka (Nabi Ya’qub), meminta ijin dari ayah mereka, supaya Yusuf dapat pergi bersama mereka untuk bersenang-senang dan bermain pada keesokan hari.
Pada mulanya ayah mereka keberatan untuk membolehkan Yusuf pergi bersama mereka, dengan berkata “Sesunggungnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau ia dimakan serigala, sedang kamu lalai daripadanya ” (12:13).
Maka ketika mereka membawa Yusuf pergi dan kemudian memasukkannya ke dalam sumur, lalu Allah menurunkan wahyu pada kepada nabi Yusuf “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi” (12:15).
Mereka balik kepada ayah mereka pada waktu petang hari, seraya menangis dan berkata, “Ayah, kami pergi berlomba lari, dan kami meninggalkan Yusuf dengan barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala. Tetapi ayah tentu tidak akan mempercayai kami, sekalipun kami berkata benar.”
Dan, mereka menunjukkan baju Yusuf dengan lumuran darah palsu padanya. Ayahnya berkata, “Bahkan sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) ini, maka kesabaran itulah yang baik. Dan Allah jualah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”
Tidak lama kemudian, orang-orang datang ke sumur di mana Yusuf berada di dasarnya. Mereka mengutus seseorang untuk mengambil air dari sumur, lalu dia menurunkan timbanya. Tiba-tiba dia berkata, “Oh, kabar gembira! Ini seorang anak muda.”
Mereka merahasiakan penemuan Yusuf dari kafilah lainnya dan mengambil Yusuf sebagai barang dagangan; dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Kemudian mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, hanya beberapa dirham saja, karena mereka tidak tertarik padanya.
Orang yang membelinya, berasal dari Mesir, berkata kepada istrinya, “Hormatilah kedudukannya, boleh jadi dia akan bermanfaat kepada kita, atau kita pungut dia sebagai anak sendiri.”
Dengan itu, Tuhan meneguhkan Yusuf di bumi (Yusuf kelak menjadi pemimpin di Mesir) dan agar Allah dapat mengajarnya interpretasi mimpi.
Maka tinggallah Nabi Yusuf bersama orang Mesir yang membelinya sehingga dewasa. Dia menjadi seorang lelaki yang amat tampan. Ketampanan beliau membuat Zalikha, istri pembesar yang membelinya, menjadi tergoda.
Perempuan itu menutup pintu-pintu di rumah mereka seraya berkata, “Marilah engkau kesini!” Yusuf menjawab, “Aku berlindung pada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”
Kalau tidak karena pertolongan Allah, Nabi Yusuf akan tergoda pada perempuan itu. Dan keduanya lari ke pintu, lalu perempuan tersebut mengkayakkan baju Yusuf dari belakang.
Mereka mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Perempuan itu berkata, “Apakah balasan bagi orang yang menghendaki berbuat serong dengan istrimu selain dipejarakan atau dihukum dengan sisaan yang pedih?”
Yusuf berkata, “Dia yang menggoda saya”. Lalu seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberi suatu kesaksian, “Jika bajunya koyak di bagian depan, maka perempuan itu telah berkata benar, dan Yusuf berdusta termasuk orang yang berdusta. Tetapi jika bajunya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta, dan Yusuf orang yang benar.”
Maka tatkala suaminya melihat baju Yusuf koyak di belakang, dia berkata, “Sesungguhnya perbuatan ini adalah sebagian dari tipu daya kamu. Yusuf, berpalinglah dari hal ini, dan engkau hai istriku, mohon ampunlah atas dosamu itu karena sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang bersalah.”
Kejadian itu sampai ke telinga wanita-wanita lain di kota itu. Mereka berkata, “Istri pembesar itu menggoda hambanya yang menundukkan hatinya dengan cinta!”
Maka tatkala perempuan itu mendengar ejekan mereka dan diundanglah perempuan-perempuan itu untuk datang ke rumahnya. Ia memberikan tiap-tiap orang yang datang sebilah pisau. Kemudian, dia menyuruh Yusuf datang ke ruangan tempat mereka berkumpul. Ketika mereka melihatnya, mereka sangat kagum kepadanya, hingga pisau yang mereka genggam melukai jari-jari mereka. “Maha Sempurna Allah, ini bukan manusia, ini tidak lain hanya malaikat yang mulia.”
Lalu isteri pembesar itu berkata, “Inilah dia orang yang kamu cela aku karenanya. Benar, aku telah menggoda dia, tetapi dia menolak. Dan, jika dia tidak mematuhi apa yang aku perintahkan, niscaya dia akan dipenjarakan.”
Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada apa yang mereka serukan padaku. Dan jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka daripadaku, niscaya hatiku cenderung kepadanya, dan tentulah aku tergolong orang-orang yang bodoh.
Maka Tuhan memperkenankan doanya, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Untuk menutupi aib keluarga pembesar tersebut, maka Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Masuklah bersamanya dua orang pemuda. Salah seorang daripada mereka berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku dan sebagian diantaranya dimakan burung. Terangkan pada kami artinya. Sesungguhnya kami memandangmu sebagai orang yang berbuat kebajikan.”
Lalu Yusuf menerangkan arti mimpi mereka, “Wahai kedua temanku dalam penjara, salah seorang dari kamu akan memberi minuman arak untuk tuannya (dia akan kembali ke pekerjaannya semula sebagai pelayan sekeluarnya dari Penjara), dan yang satu lagi, dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya.”
Kemudian dia berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Ingatkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Akan tetapi, setan menjadikan dia lupa untuk mengingatkan keadaan Yusuf kepada tuannya. Maka tinggallah Yusuf dalam penjara selama beberapa tahun.
Suatu hari, raja berkata, “Aku bermimpi tujuh ekor sapi betina yang gemuk, dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering. Wahai para pembesar, terangkanlah padaku tentang arti mimpiku.”
Tiada seorang pun antara mereka yang tahu. Kemudian pemuda yang telah diselamatkan dahulu (teman Yusuf di penjara) berkata, setelah teringat pada Yusuf, “Aku sendiri akan memberitahu padamu artinya, maka utuslah aku (pada Yusuf).”
Setelah bertemu Yusuf, ia bertanya,”Wahai Yusuf orang yang benar, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk, yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering, supaya aku kembali kepada mereka (raja dan para pembesar mesir tadi) agar mereka mengetahuinya.”
Yusuf berkata, “Kamu bercocok tanam tujuh tahun sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya untuk kamu makan. Kemudian setelah itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit menghabiskan apa yang kamu sediakan itu kecuali sedikit yang kamu simpan. Kemudian sesudah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan, dan dimasa itu mereka memeras buah-buahan.”
Setelah mendengar interpretasi mimpi itu, Raja berkata, “Bawalah dia kepadaku.” Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf, “Kembalilah kepada tuanmu, dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya (Yusuf). Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka”
Raja mengabulkan permintaan Yusuf, serta memanggil perempuan-perempuan itu dan bertanya, “Apakah urusan kamu, perempuan-perempuan, sehingga kamu menggoda Yusuf?” Mereka menjawab, “Maha Sempurna Allah! Kami tidak mengetahui keburukan padanya.” Isteri pembesar itu berkata, “Sekarang sudah nyatalah kebenaran. Sayalah yang menggodanya.”
Raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku. Aku akan memilihnya sebagai pembantu dekatku.” Setelah Yusuf berada didekatnya, dia berkata kepada Yusuf, “Pada hari ini, engkau di sisi kami mempunyai kedudukan lagi dipercaya.”
Yusuf berkata, “Jadikanlah aku bendahara negeri ini (Mesir). Sesungguhnya aku sanggup memelihara lagi cukup mengetahui.”
Maka Yusuf ditetapkan Allah untuk memperoleh kedudukan terhormat di negeri Mesir, walaupun ia dapat tinggal di mana saya yang ia kehendaki.
Suatu hari, datanglah saudara-saudara Yusuf, lalu masuk menemuinya. Yusuf mengenali mereka, tetapi mereka tidak. Mereka datang untuk meminta pertolongan makanan.
Setelah Yusuf menyiapkan perbekalan untuk mereka, dia berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang sebapak (yaitu Bunyamin). Tidakkah kamu melihat aku menepati sukatan (timbangan/ukuran), sedang aku sebaik-baik penerima tamu? Tetapi jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapatkan sukatan (lagi) dari padaku, dan jangan kamu mendekatiku.”
Mereka menjawab, “Kami akan membujuk ayah kami; dan sungguh kami akan melakukannya.”
Lalu Yusuf menyuruh budak-budak suruhannya untuk mengembalikan uang yang dibawa untuk mengganti perbekalan makanan dari Yusuf ke dalam pundi-pundi mereka, supaya mereka dapat mengenalinya apabila mereka balik kepada keluarga mereka.
Maka tatkala mereka kembali kepada ayah mereka, mereka berkata, “Ayah, sukatan itu dilarang bagi kami, sebab itu kirimlah saudara kami (Bunyamin) bersama kami supaya kami mendapat sukatan itu. Sesungguhnya kami akan menjaganya.”
Ayah mereka (Ya’qub) berkata, “Adakah aku akan mempercayai kamu kepadanya seperti aku mempercayai kamu kepada saudaranya dahulu?”
Dan, ketika mereka membuka barang-barang mereka, mereka dapati uang mereka dikembalikan lagi kepada mereka. Mereka berkata, “Ayah, apakah yang kita inginkan lagi? Uang kita sudah dikembalikan kepada kita, dan kami mendapat bekalan makanan untuk keluarga kami, dan kami akan menjaga saudara kita; kami akan mendapat tambahan beban seekor unta. Itulah sukatan (perhitungan) yang mudah.”
“Aku tidak akan mengutusnya bersama kamu sehingga kamu memberi aku satu janji yang teguh dengan Allah, bahwa kamu pasti akan mendatangkannya kembali kepadaku, kecuali kamu dikepung.” Maka tatkala mereka telah memberikan janji mereka, dia berkata, “Allah menjadi saksi atas apa yang kami ucapkan.”
Maka apabila mereka menemui Yusuf sekali lagi, Yusuf membawa saudaranya ketempatnya, seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu; maka janganlah engkau bersedih terhadap apa yang telah mereka perbuat.”
Maka tatkala Yusuf menyiapkan perbekalan mereka, dia meletakkan gelas minumannya ke dalam karung milik saudaranya.
Ketika mereka hendak pergi untuk kembali kepada keluarga mereka, datang orang yang menyerukan, “Hai kafilah, kamu pencuri!”
Mereka bertanya sambil mendekati orang yang menyeru, “Barang apakah yang hilang dari kamu?”
“Kami kehilangan gelas berkaki kepunyaan raja. Dan barang siapa dapat mendatangkannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban seekor unta; itu aku jamin.”
Mereka berkata, “Demi Allah, kamu mengetahui bahwa kami tidak datang untuk membuat kerusakan di muka bumi (Mesir ini). Kami bukanlah pencuri.”
“Apakah balasannya jika kamu adalah pendusta?”
“Balasannya adalah – bahwa barangsiapa didapati barang yang hilang dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya. Begitulah kami memberi hukuman terhadap orang-orang yang zalim.”
Maka Yusuf mulai memeriksa karung-karung mereka sebelum memeriksa karung saudaranya, kemudian dia mengeluarkan gelas itu dari karung saudaranya.
Demikianlah Allah membuat muslihat untuk Yusuf. Menurut peraturan raja, saudara Yusuf haruslah dijadikan hamba sahaya, tapi Yusuf tidak menghukum saudaranya karena dia tahu saudaranya tidak bersalah.
Mereka berkata, “Jika dia seorang pencuri, seorang saudaranya (yaitu Yusuf) adalah seorang pencuri juga.” Tetapi Yusuf merahasiakannya di dalam dirinya, dan tidak menampakkannya kepada mereka, dengan berkata, “Kamulah yang lebih buruk kedudukannya; Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu.”
Mereka berkata, “Wahai al-aziz (yang perkasa), sesungguhnya dia mempunyai ayah yang sangat tua; maka ambillah salah seorang antara kami untuk mengganti tempatnya; kami melihat bahwa engkau adalah termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Yusuf berkata, “Kami berlindung kepada Allah daripada menahan seseorang, kecuali orang yang kami temukan harta benda kami padanya, sesungguhnya jika kami berbuat demikian, maka kami termasuk orang-orang yang zalim (12: 79).
Maka kembalilah mereka kepada ayah mereka dan menceritakan tentang saudaranya yang mencuri dan ditahan di Mesir. Kedukaan ayahnya (Ya’qub bertambah), lalu dia berpaling dari mereka, dan berkata, “Aduhai, dukacitaku untuk Yusuf!” dan kedua-dua matanya menjadi putih karena kedukaannya, tetapi dia menahan perasaannya.
Kemudian dia berkata, “Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya. Janganlah berputus asa dari kesenangan Allah; sesungguhnya tiada yang berputus asa melainkan kaum yang tidak percaya (kafir).”
Lalu mereka pergi kepada Yusuf dan berkata, “Wahai al-aziz, penderitaan telah menyentuh kami dan keluarga kami. Kami datang dengan membawa barang-barang yang tidak berharga. Tepatilah kepada kami sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami; sesungguhnya Allah membalas orang-orang yang bersedekah.”
Yusuf bertanya, “Apakah kamu mengetahui apa yang kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, yang ketika itu kamu belum mengetahuinya?”
Mereka menjawab, “Mengapa, apakah kamu benar-benar Yusuf?”
Dia berkata, “Aku Yusuf. Ini saudaraku. Sungguh, Allah telah berbudi baik kepada kami. Sesiapa bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik.”
Mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih menyukai kamu daripada kami, dan sesungguhnya kami bersalah.”
Yusuf berkata, “Tidak ada cercaan pada hari ini kepada kamu; Allah mengampuni kamu; Dia adalah yang Maha Penyayang diantara yang paling para penyayang. Pergilah, ambil baju ini, dan kamu letakkanlah ke wajah ayahku, dan dia akan memperoleh kembali penglihatannya; kemudian bawalah kepadaku keluarga kamu semuanya.”
Maka, apabila kafilah telah berangkat, ayah mereka berkata, “Sesungguhnya aku mendapati bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduh aku lemah akal.”
Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh engkau adalah dalam kekeliruan engkau yang dahulu.”
Tetapi apabila pembawa berita gembira datang kepadanya dan meletakkan baju Yusuf ke mukanya, tiba-tiba dia kembali dapat melihat. Dia berkata, “Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak tahu?”
Mereka berkata, “Ayah kami, mohonkanlah ampun untuk kami atas kesalahan-kesalahan kami; sesungguhnya kami bersalah.”
“Sungguh, aku akan meminta memohonkan ampun bagi kamu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagu Maha Penyayang.”
Kemudian mereka berangkat ke Mesir untuk menemui Yusuf.
Maka, ketika mereka datang menemui Yusuf, dia membawa ibu dan ayahnya kepadanya, dan berkata, “Masuklah kamu ke Mesir, Insya Allah dalam keadaan aman.”
Dan dia menaikkan ibu dan ayahnya ke atas singgasana; dan mereka yang lainnya jatuh bersujud kepadanya. Berkata, ‘Ayah, inilah arti mimpi saya yang dahulu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kebenaran yang nyata. Dia telah berbuat baik kepadaku ketika Dia mengeluarkanku dari penjara, dan Dia mendatangkan kamu dari dusun setelah setan memecah-belah antara aku dan saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Halus (aturan-Nya) terhadap apa yang Dia kehendaki; Sesungguhnya Dialah Yang Mengetahui lagi Yang Maha Bijaksana.